Langsung ke konten utama

Sepenggal Cerita Yang Tak Terbagi

Meja. kursi. lampu tidur..

Mataku menatap pemandangan yang sama setiap malam nya.
Waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu malam. dan anehnya aku masih terjaga karena bingkai kecil itu. 
Waktu berlalu cukup jauh. dan aku masih tetap menatapnya. Dungu.
Bingkai itu tak pernah ku sentuh. hanya saja... aku selalu menatapnya.
Aku menatapnya, karena ada kita disana. 

Aku memiringkan badan menghadap nakas tempat bingkai itu berada. Menaruh kepala diatas kedua telapak tanganku sambil terus menatap bingkai itu.
hari ini terasa amat sangat panjang. entah apa yang  membuatnya begitu terasa lama.
Dan ingin aku pertanyakan. kepada siapa saja. siapa saja yang mampu mendengarku.
"Mengapa hari yang berbeda, bisa terlewati dengan ingatan yang sama." 

Pertanyaan itu selalu mencabik-cabik dadaku. 
Selalu...
Seperti angin saja aku pergi, seperti angin saja aku tak telihat.
Dan seperti angin saja, terkadang aku dilupakan. 
Aku tidak tahu kenapa malam ini terasa begitu mengikat. Sudah hampir dua jam aku berbaring diatas ranjang ini, dengan pemikiran-pemikiran yang tak pasti.
Malam ini, aku seperti menyatu dengan elegi. mengingat kita yang tak pasti.

Dan.. Sejujurnya aku ingin bercerita..
Tentang perasaan yang tak pernah terbagi. tentang hati yang masih membeku. hari ini. 

Aku masih ingat.. 
Terakhir kali ku melihatmu.. aku masih ingat dengan jelas.  Wajahmu tergambar jelas dipikiranku. 
Bagaimana aku mengatakan-nya... aku selalu tak bicara tentang yang sebenarnya.
Tentang luka yang ada.
Dan bagaimana aku  melupakan-nya...

Seandainya... aku bisa melihat cerminan diriku sendiri. aku ingin tahu, seperti apa senyumku saat melihatmu pergi menjauh.  Berlalu dan melewatkanku.

Kau tahu? aku merasa dungu.

Aku pergi meninggalkanmu. Tanpa berpkir 'Bagaimana dengan hatiku'

Malam kian larut. mataku terpejam perlahan, masih dengan cabikan-cabikan itu. Dan aku sadari. "Pada akhirnya, selamanya dirimu  hanya akan menjadisepenggal cerita yang tak terbagi"





Dan akhirnya ia menjadi sepenggal cerita yang tak terbagi.

Komentar

  1. siapakah "dia" itu? hmm... *only wondering* *keponess is in the air* nice curcol anyway, tapi bikin penasaran sih. #eaaaaa :))

    BalasHapus
  2. Angkatan tahun berapa? interstudi nya?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

The history of Me dan The Beatles

Hai! Selamat malam :D Hari ini gue bukan mau ngedongeng atau nulis puisi buat kalian. Bukan mau galau juga. Tapi gue mau ngasih tau tentang group musik favorit gue. Mereka adalah sekumpulan orang hebat (menurut gue) yang dijadikan satu dibawah naungan Musik. Ya! mereka adalah The Beatles! CANT'T BUY ME LOVEEEEE~~~~~~ Hahhahhaha. Uhmm.. by the way diantara kalian ada nggak yang  suka sama band ini? kalo ada, selera musik lo bagus :)) Oiya. Guesuka sama band ini sejak SMP kelas satu. Dan itu sekitar 8 tahun yang lalu. dan lagu yang pertama kali gue dengerin adalah "She's loves you". Mereka bilang jarang ada yang suka sama lagu ini untuk pengenalan The Beatles ke kuping mereka. Tapi entah kenapa, pas dengerin lagu ini gue langsung jatuh cinta (Sama mereka).  Dan juga!!!!!!! Mereka punya sejarah dan perjalanan hidup yang menarik banget buat dibaca/diceritain. Kalian pasti kenal dong ya dengan pentolan The Beatles yang ini: Yihaaa!!!! He's a JOHN LENN

hello :D

Rintih Rantauan Malam Ini

Kaki ku berjalan mencari kehidupan. Selagi menyia-nyiakan hidup. Yang diberikan ibuku dari sisa hidupnya, adalah kepingan harapan tinggi pada masa depan. Ibu dan ayah mengorbankan hidup mereka untuk hidupku. Mereka menukar nasi dengan buku. Maka aku menangis sejadi-jadinya.  Kelak, aku juga akan berkorban untuk hidup mereka. Selagi mereka hidup. Namun… apakah bisa? Apakah sempat? Aku bertanya-tanya, Lalu untuk apa kita hidup jika hanya untuk di perjuangkan? Tanpa bisa membayar perjuangan itu sendiri.  "Aku menanjak hingga senja hilang. Sampai di puncak, ditelan kegelapan. Sendiri menunggu pagi atau siang. Aku ingin pulang." Aku ingin pulang… Aku ingin pulang… Sekadar menikmati pelarian… Aku ingin pulang… Ibu, disini tidak ada kesempatan. Bagi anakmu, anak rantauan…