Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2014

PUISI: Kudengar. Kulihat. Kurasa

Kudengar dari perbatasan Ada suara-suara alunan Panggilan manja Entah kepada siapa Kulihat dari kejauhan Ada jejak-jejak yang di campakkan sepatu berkulit itu Menjerit memanggil namaku Memohon agar jangan di asingkan Kurasa ketika awan menghitam Angin juga berkeliaran Malang sekali Rasa-rasanya sebentar lagi ia mati

Kepada Buah Pikir Yang Sepi

Aku masuk kedalam kamar dan menyalakan kipas angin yang semula mati. Semula diam. Dan saat ini baling-balingnya yang terbuat dari besi berputar dengan sangat cepat. dengan sangat liar. Mungkin seperti itulah aku. maka jangan bayangkan aku. jangan berpikir tentangku. pikiranku terlalu liar untuk kau jamah. kau bisa mati karena gila jika memikirkan nya. aku saja hampir gila. maka kuambil segelas racun yang tuan punya, biar saja. biar kuminum sampai habis.   Tuan senang? Aku membayangkan apakah jadinya jika kepala ku masuk kedalam sana. Apakah kepala ini beserta isinya akan hancur lebur. maksudku, apakah beban yang berada didalam nya juga akan menghilang? bersama rasa sakit yang mungkin takkan terasa lama. Jika bisa, mungkin aku akan melakukannya. Tapi rasa-rasanya semua itu akan berakhir dengan konyol. mengingat tidak ada hal yang berarti yang bisa kutinggalkan untuk mereka. mengingat mereka semua sama. sama-sama lemah. kita semua sama. kita adalah bagian kecil dari jiwa-jiwa yang lemah.