Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2012

Cerita Tentang Lagu

Aku ingin bercerita... Tentang Lagu. Kalian tau? Ada beberapa lagu yang ketika didengarkan, maka akan memunculkan satu kenangan indah yang mungkin masih tersimpan. Dan ada beberapa lagu yang ketika didengarkan, maka akan muncul satu luka yang mungkin belum terlupakan. pernahkah kalian berfikir.... bahwa semua lagu-lagu itu seharusnya diapakan? kalian tidak tahu, bukan? Kalian tidak mampu mendengarkan lagu-lagu kenangan itu, namun juga tidak mau membuang-nya jauh-jauh. aku sangat yakin... kalian hanya tidak ingin ingatan tentang seseorang yang terdapat dalam lagu itu menghilang. benar, bukan? karna kenangan itu terlalu indah untuk dibuang. Ahh... jangan berbohong, kalian pasti menjawab "iya" mungkin kalian bisa membohongi orang-orang disekitar. namun kalian harus ingat, bahwa ada satu hal yang tak bisa kalian bohongi. Kalian tau itu apa? Hal yang tak bisa kalian bohongi itu bernama "Hati" Ya, hati. hati kalian, hati yang tidak bisa kalian sentuh secar

tentang 'waktu' yang membantuku

Aku suka hujan. setelah hujan turun, tanah selalu mengeluarkan bau yang sangat khas. yang selalu membuatku tersenyum ketika menghirupnya. Hujan juga membuat suasana yang semula panas menjadi dingin. hujan juga bisa menjaga agar debu-debu tak lagi berterbangan dan mengganggu pernafasan.  namun.... hujan juga membuat yang semula 'tak teringat' menjadi 'tak terlupakan'. aku membenci hujan ketika rintiknya jatuh ke sela-sela jendela kamar ketika aku berbaring disana.  aku benci ketika hujan itu membawa ingatan yang membuat aku seketika membisu dan senyum di bibirku lenyap. "Hujan itu mengingatkanku tentangmu" hanya itu bagian yang aku benci... karna otak-ku selalu memarahi hati-ku ketika aku merindukan mu lagi. otak dan hatiku selalu saling menyalahkan. otak : kamu bodoh! kamu hanya tinggal memberikan ruang ruang kosong itu kepada hati yang lain.  hati:   kamu juga bodoh! ini salahmu. kamu selalu melarangku merindukan dia. tapi kamu s
senja :D

kala waktu tak seindah senja

Aku, dan kamu. melangkah dengan Pertemuan yang indah. kakiku, dan kakimu berjalan begitu saja. tanpa peduli waktu, tanpa wajah semu. kenangan dan tawa terbingkis indah didalamnya. mengukir senyum ketika aku megingatnya. indah. dan aku tidak ingin lupa. Seperti sampai detik ini, aku tidak ingin melupakan bagaimana indahnya senja kala petang tiba. senja yang semakin memerah ketika pipiku bersandar manis dibahumu. Dan waktu. aku tidak mengerti betapa waktu dapat mengubah segalanya. waktu mengubah perasaanmu? jika iya, aku turut bersedih untuk itu. maka biarkan aku berdiri dengan segala ingatan itu :)

"Aku ingin menari dalam hujan, sampai rindu ini hilang"

“Aku ingin menari dalam hujan, sampai rindu ini hilang” Kepadamu, pria hebat yang selalu melakukan hal sederhana, namun indah kepadaku. Kepadamu, sosok yang membuatku membenci kata “sepi” dan “rindu”. Kepadamu, yang membuatku cinta, tanpa banyak berkata. Dan hanya kepadamu, yang berada jauh disana. Tetaplah duduk manis ditempat kamu berada. Dengarkan aku, aku ingin bercerita tentangmu. Tentang secercah rindu yang tak tersampaikan. Tentang harapan indah yang semalam berputar indah dimimpiku. “Mimpi tentangmu”                 Rindu pertama tercipta dipagi ini. Kala mataku tak lagi terpejam. Kala aku menatap keluar jendela dan menatap hujan. Kala aku tersadar, bukan bahumu yang kusandari. sungguh benda putih ini tak membantu. Karna yang aku inginkan saat ini hanya bahumu.                 Bahu yang selalu membuat pipiku memerah ketika bersandar disana. bahu pria hebatku. Bahu yang kamu miliki. Pagi hingga senja selalu sepi. Sepi karna Tak ada tangan nakal yang selalu mengacak-aca

Cerita pertama (boneka labirin itu, sosok-ku)

“Jikalau boleh. aku ingin bernyanyi sekali lagi. aku ingin bermimpi satu kali lagi sebelum aku menyadari bahwa kebahagiaan yang kurasakan itu akan hanya menjadi sebuah mimpi dan tidak lagi abadi.”  Jikalau boleh. aku ingin menyusun balok-balok kayu untuk membatasi setiap dinding hati agar tak lagi dihampiri. tidak lagi dihampiri lalu disakiti. hingga pada akhirnya yang kupunya hanyalah kepingan tajam yang bisa saja melukaiku. Aku tinggal disebuah kota besar. dengan segala gemuruh klakson yang terdengar menguasai jalan. hiruk-pikuk ibu kota hampi saja membuatku gila. sedihnya aku sudah terbiasa akan hal itu.  kaki-kaki ku mulai terasa lemah dengan beban yang kubawa. aku katakan sekali lagi.  “aku hampir gila.”  bukan. bukan karna lelah akan kesibukan yang mengikat erat padaku.  namun karna tentang mimpi yang sedang kutatap lekat. namun tak bisa kugapai.  aku tahu ini hal yang bodoh. aku menyayangi seseorang yang mengikatkan tali di tangan serta punggungku. menjatuhkanku ke a