Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

PUISI: Di Lain Waktu

Mungkin di lain waktu, aku akan jatuh cinta. Kepada yang lain. Di masa yang lain. Mungkin aku takkan bisa lagi memelukmu.. Merasakan hangat napasmu yang berhembus di punggungku.   Tapi satu hal yang aku pinta... Tetaplah tersenyum, meski bukan karena aku. Tetaplah tertawa, meski bukan bersamaku... Dan Tetaplah ingat, di masa yang dulu kau pernah hanya duduk diam menatap aku.   Dan kau sebut hadirku adalah bahagiamu...

Terhapusnya Bintang Oleh Lampu Kota

Jika kalian sedang membaca tulisan-tulisan sederhana ini, maka, kalian harus membayangkan kalian sedang menatap hamparan bintang yang berkelip diatas langit malam terlebih dahulu... Sudah? Baiklah, maka aku akan menceritakan sedikit cerita yang terbesit di pikiranku beberapa waktu lalu. Disaat aku berjalan sendiri dimalam hari. tidak melakukan apa-apa selain berjalan perlahan sambil mendengarkan lantunan instrumental 'One more time one more chance' dari Yamazaki Masayoshi. Sejak awal perjalanan, earphone berwarna merah muda menempel di telinga tanpa pernah terlepas. itu sebabnya aku tidak bisa terlalu jelas mendengar para pengendara yang seenaknya membunyikan klakson ditengah-tengah keadaan jalan yang sedang macet. Aku punya duniaku sendiri. Malam itu dunia punyaku!!  Aku senang berjalan-jalan sendiri. pergi ke toko buku tua favorite yang terletak tepat dibelakang halte bus. Toko buku tua dengan buku-buku bekas yang didapat dari sisa-sisa penggusuran atau b

Paragraf Biru

Pernahkah, di suatu sore yang dingin. Rintik hujan jatuh perlahan, dan yang kita lakukan hanya menatap butiran-butiran air itu terjatuh... Kemudian kita merasa dingin. Mendekap diri dengan pertanyaan-pertanyaan tak berlalu. Dan kemudian kita menatap ke sekeliling. Tak mendapatkan apa-apa, selain rasa kehilangan. Bertanya-tanya, dimana angan. Lalu kita merasa lelah dan memejakan mata. Menutup pandangan dari semua. Dari semua yang bisa terlihat, tanpa pernah bisa terbaca. -Senjamelia-

Seberkas Cahaya dari Lilin Kecil

Lilin-lilin putih itu indah. Sang api membuatnya indah. meski untuk menjadi indah, ia harus rela terbakar... dan terluka. Seperti kita. Aku ingin menjadi lilin bagimu. Dan kamu menjadi api bagiku. Aku membutuhkan cahaya mu untuk menerangiku. dan kamu membutuhkanku untuk menjagamu agar tetap hidup. Akhirnya.. kita berdua memang saling membutuhkan. Saling membutuhkan tanpa peduli berapa banyaknya pengorbanan. Maka tetaplah menjadi api. Agar hangat kita terjaga sampai mati. Meski aku.. dan kamu..selalu saling menyakiti. Sekarang aku tanya.. Jika aku tak ada, apakah kau tetap memilih menjadi api? Ataukah... kau memilih untuk menjadi yang lain agar bisa tetap hidup? Kalau aku.. Jika kau tak ada, aku akan memilih menjadi 'tiada'. Karena tanpa kehadiranmu.. Putih nya aku tak berarti apa-apa. Aku tak bisa menyala dengan sempurna. -Amelia Farahdilla Muchtar-

Diam-diam

Sudah sampai dimana kita? Senja.. Hujan.. dan malam. Kasih sayang ku mengalahkan ketiganya. Masihkah kamu mau bersuara? Jika ia, coba bisikkan lagi, karena aku belum mengerti. Adanya cinta yang indah tak membawamu jua. Akankah kamu merasa? Diam diam bersuara.. kemudian aku merasa hampa. Diam-diam aku mengerti. kau hanya ingin menyakiti.

Loui kembali, dan Kaela Ingin Mati

Daun musim gugur terus terjatuh, tak kenal waktu... Akulah Kaela. Kaela masih mengingat Loui. Apa kabarmu, Loui? Loui hilang ditengah perang. Hati ini geram dalam bungkam... Menunggumu pulang. Aku Mihkaela. panggil aku Kaela. Hujan sejak sore tadi membawa ku ketempat itu. Ah... maksudku... bukan, bukan langkah ku yang terbawa. Hanya pikiranku. Ya. Pikiranku... Sekarang aku bertanya. bagaimana dengan pikiranmu, Loui? "Aku baik-baik saja. aku berbahagia disana." Bukan, itu bukan Loui yang bersuara. itu Aku, Kaela. Kaela yang tak ada henti nya menghitung hari menunggu Loui kembali. Kaela gadis remaja mengenakan baju tidur nya. Hangat karena terbuat dari woll. Tanpa berselimut ia berbaring...menatap ke langit-langit kamar. Kosong. Kaela memejamkan mata. Semakin kosong. Lalu ia memberanikan diri, mencekik lehernya sendiri. Tercekat. Kaela hampir mati. mati ditangan sendiri. Kaela berhenti. Ia tak jadi mati. Habislah tenaga nya dimaki pikiran sendiri. Kaela b

The history of Me dan The Beatles

Hai! Selamat malam :D Hari ini gue bukan mau ngedongeng atau nulis puisi buat kalian. Bukan mau galau juga. Tapi gue mau ngasih tau tentang group musik favorit gue. Mereka adalah sekumpulan orang hebat (menurut gue) yang dijadikan satu dibawah naungan Musik. Ya! mereka adalah The Beatles! CANT'T BUY ME LOVEEEEE~~~~~~ Hahhahhaha. Uhmm.. by the way diantara kalian ada nggak yang  suka sama band ini? kalo ada, selera musik lo bagus :)) Oiya. Guesuka sama band ini sejak SMP kelas satu. Dan itu sekitar 8 tahun yang lalu. dan lagu yang pertama kali gue dengerin adalah "She's loves you". Mereka bilang jarang ada yang suka sama lagu ini untuk pengenalan The Beatles ke kuping mereka. Tapi entah kenapa, pas dengerin lagu ini gue langsung jatuh cinta (Sama mereka).  Dan juga!!!!!!! Mereka punya sejarah dan perjalanan hidup yang menarik banget buat dibaca/diceritain. Kalian pasti kenal dong ya dengan pentolan The Beatles yang ini: Yihaaa!!!! He's a JOHN LENN

PUISI: Nyanyian dari masa lalu

Dipertengahan tahun itu Berjalan sendiri seperti lugu Meski usang, kaset tua tetaplah bermain merdu Bernyanyi lagu indah kenangan lalu  Kaset itu terus bernyanyi... Musim gugur telah berlalu Namun Tidak dengan masa lalu Setiap detiknya berputar didalam kalbu Memburu.. Seperti menghantamkan palu Asa dan jiwaku tak lagi menyatu... Seperti dulu... Terpisah oleh jarak dan waktu

Mimpi Diatas Langit Biru

Dongeng ini tentang cinta.. tentang gumpalan cinta yang kupunya. Tentang cinta yang semula terlihat biasa. Kalau kau mau, aku akan memperlihatkanmu cinta ku yang ada diatas sana. di ketinggian yang tak terjamah. Mari, ikut aku. Genggam tanganku, dan jangan kau lepas sebelum aku selesai bercerita.. Di waktu yang lalu, masih disaat aku tak tahu kemana cinta semestinya berlabuh. Aku bermimpi setiap hari. Aku bermimpi bahwa suatu hari nanti, aku bisa menuliskan dongengku sendiri. Dongeng yang tiada akhir, dan indah layaknnya fantasi. Waktu terus membawaku, dan pada akhirnya ia menunjukan jalan menuju ke sebuah bahu. tempat yang tepat untuk ku berlabuh. Aku membangun istana mimpi tentang cinta ku sendiri. diatas awan tak berjurang. Aku membangun istanaku diatas awan, agar mimpi yang kupunya, terus berpetualang keliling dunia. agar ia tetap aman diatas sana, tanpa takut terjatuh ketika mimpi-mimpi buruk yang lainnya  datang menyerang. Istana ku terbuat dari kumpul

[Puisi] Tentang Ingatan

Satu musim terlewati.. Dan Aku masih mencari Jemarimu yang   tak kembali Semakin dini, sentuhan-nya terasa semakin menghampiri.. Lihatlah.. langit kita tak seindah dahulu.. Cinta kita tak lagi menyatu Tidakkah kau lihat? Aku menggenggam debu darimu Menyembunyikannya agar kau tak tahu Tak tahu ku redam.. ku pendam sendirian.. Luka ku genggam.. kusimpan dalam angan Dibawah langit Jakarta, Aku sendirian.. Menatap kenangan.. dalam harapan.

Dibawah Langit Jakarta

Ramai sekali..  Langit Jakarta Sore ini.. Jakarta.. Aku ingin bercerita tentang sore ini, cerita sore dari sekumpulan orang yang tinggal dibawah langit-Mu. Ini bukan cerita yang ku karang sendiri. Ini cerita tentang pikiranku mengenai hal-hal indah yang setiap harinya kulihat. Saat ini aku berada didalam bus yang membawaku pulang dari suatu tempat. Aku duduk tepat disamping jendela yang terbuka lebar-lebar. Sengaja kubuka lebar agar angin leluasa berhembus ke wajahku. Seperti jendela dunia, dari dalam bus ini aku bisa melihat segalanya yang ada disekitarku. Aku suka dengan matahari sore yang tidak terlalu panas, aku juga suka dengan anginnya. dan yang paling penting, aku sangat suka dengan semua yang aku lihat saat ini. Aku melihat semua orang, semua suka dan duka mereka. Menatap mereka dari balik jendela bus ini membuatku merasa menjadi orang paling "sok tahu" didunia. seakan-akan aku tahu apa yang mereka pikirkan, dan apa yang mereka rasakan. Di lampu merah.. Tatap

One more time, one more chance

Kau lihat bintang itu? Bukan, bukan yang redup itu. Bintang yang diujung sana. bintang yang paling terang. Itu dirimu..  Kau lihat? Jika kau tarik garis dari bintang yang itu, lalu kau hubungkan dengan yang dibawah, lalu kau tarik lagi ke bintang disampingnya, dan kau tarik lagi ke bintang yg pertama. ketiga bintang itu akan membentuk 'segitiga'. Indah, bukan? aku seperti melihat langit yang ada di film favorite kita. 5 centimeter per second. Mereka terlihat indah jika mereka hanyalah sebuah bintang. Film yang mengisahkan tentang 'jarak'. Cinta dalam 'Jarak'. Bintang itu.. Mereka tidak lagi indah, jika ketiga bintang itu menggambarkan cerita kita. Bintang milikku, milikmu, dan milik yang lain... Bintang bodoh, apa kabarmu? Malam ini pukul 11 malam. sebenarnya sudah sejak dua jam yang lalu aku membungkuk menatap layar laptopku. entah... tapi sepertinya tidak ada sesuatu yang penting yang aku lakukan selama dua jam tadi.  yang kuinga

Coret Pena Untuk Sastra

Akhirnya kabut muncul mendatangkan sepi Mengiringi mawar hitam yang gugur malam ini Aku berdiri diatas api Diatas sang elegi Curam batu kuinjak. beranak-pinak. Sesak... sesak aku berteriak.. Tanpa bicara aku bertanya Tentang luka, tentang sastra Syukur kau ada disini.. Berlari, menarikku dari panas mentari Padamu yang sekuat api, seindah puisi. Tentang sastra.. serta jiwa.. Sampaikan padanya, aku masih ada.

Sepenggal Cerita Yang Tak Terbagi

Meja. kursi. lampu tidur.. Mataku menatap pemandangan yang sama setiap malam nya. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu malam. dan anehnya aku masih terjaga karena bingkai kecil itu.  Waktu berlalu cukup jauh. dan aku masih tetap menatapnya. Dungu. Bingkai itu tak pernah ku sentuh. hanya saja... aku selalu menatapnya. Aku menatapnya, karena ada kita disana.  Aku memiringkan badan menghadap nakas tempat bingkai itu berada. Menaruh kepala diatas kedua telapak tanganku sambil terus menatap bingkai itu. hari ini terasa amat sangat panjang. entah apa yang  membuatnya begitu terasa lama. Dan ingin aku pertanyakan. kepada siapa saja. siapa saja yang mampu mendengarku. "Mengapa hari yang berbeda, bisa terlewati dengan ingatan yang sama."  Pertanyaan itu selalu mencabik-cabik dadaku.  Selalu... Seperti angin saja aku pergi, seperti angin saja aku tak telihat. Dan seperti angin saja, terkadang aku dilupakan.  Aku tidak tahu kenapa malam ini tera

Puisi: Mengenangmu dalam elegi-ku

Akhirnya sampailah aku pada perbatasan waktu.  Sisa waktuku untuk mengenangmu.  Sisa detik demi detik yang akan hilang Dan setiap angan yang sejak lama terpendam Dari sini terang bulan tidak terlihat lagi.Gelap terasa nyata membuka mata Aku tidak temukan kebahagiaan disana. kebahagiaan-ku tak lagi ada disana. ditempat biasa. Jalan setapak nan rindang hilang tak tergambar. tak terkenang. Diperbatasan waktu ini, aku dan ingatanku kan berhenti. Sampai jumpa nanti, jaga kenangan ini seiring langkahmu pergi. Jangan kembali... Karna aku berhenti Jangan menepi, lagi. Nanti Aku hilang diri "Dalam batas elegi-ku ini, kita takkan kembali."