Daun musim gugur terus terjatuh, tak kenal waktu...
Akulah Kaela. Kaela masih mengingat Loui. Apa kabarmu, Loui?
Loui hilang ditengah perang. Hati ini geram dalam bungkam...
Menunggumu pulang.
Aku Mihkaela. panggil aku Kaela. Hujan sejak sore tadi membawa ku ketempat itu. Ah... maksudku... bukan, bukan langkah ku yang terbawa.
Hanya pikiranku.
Ya.
Pikiranku...
Sekarang aku bertanya. bagaimana dengan pikiranmu,
Loui?
"Aku baik-baik saja. aku berbahagia disana."
Bukan, itu bukan Loui yang bersuara. itu Aku, Kaela. Kaela yang tak ada henti nya menghitung hari menunggu Loui kembali.
Kaela gadis remaja mengenakan baju tidur nya. Hangat karena terbuat dari woll. Tanpa berselimut ia berbaring...menatap ke langit-langit kamar.
Kosong.
Kaela memejamkan mata.
Semakin kosong.
Lalu ia memberanikan diri, mencekik lehernya sendiri.
Tercekat. Kaela hampir mati. mati ditangan sendiri.
Kaela berhenti. Ia tak jadi mati. Habislah tenaga nya dimaki pikiran sendiri.
Kaela berdiri, menatap diri dalam pantulan cermin.
Kaela menangis. menatap kebaya putih untuk pernikahannya esok pagi.
Tidak adil. Kaela dibiarkan menderita sendiri. ia ingin menunggu Loui, sampai Loui kembali. Meski Kaela tahu Loui telah mati.
Esok hari, telah menjadi hari ini. Keala berlari tanpa alas kaki. Meninggalkan pernikahannya sendiri. Kaela tetap ingin Loui...
Hingga tinggal ia sendiri. ditengah hutan diatas merapi. sendiri...
Kaela menunggu Loui... terlalu lama hingga usia senja. meninggalkan keluarga untuk cinta pertamanya.
Esok pagi di danau hijau. di tepi dermaga Kaela bernyanyi. Setelah tiga puluh tahun Kaela menangis tanpa tahu dimana keberadaan cinta pertamanya.
Kaela mendengar nyanyian. dari balik punggungnya.
Seorang kakek bersama cucu nya. bernyanyi bersama.
Seorang Loui, yang sejak lama tak dilihatnya.
Loui kembali, bersama sang isteri. Tanpa mengingat Kaela sama sekali.
Loui kembali. Loui, Loui... Kaela mati. Terbunuh cintanya sendiri.
Akulah Kaela. Kaela masih mengingat Loui. Apa kabarmu, Loui?
Loui hilang ditengah perang. Hati ini geram dalam bungkam...
Menunggumu pulang.
Aku Mihkaela. panggil aku Kaela. Hujan sejak sore tadi membawa ku ketempat itu. Ah... maksudku... bukan, bukan langkah ku yang terbawa.
Hanya pikiranku.
Ya.
Pikiranku...
Sekarang aku bertanya. bagaimana dengan pikiranmu,
Loui?
"Aku baik-baik saja. aku berbahagia disana."
Bukan, itu bukan Loui yang bersuara. itu Aku, Kaela. Kaela yang tak ada henti nya menghitung hari menunggu Loui kembali.
Kaela gadis remaja mengenakan baju tidur nya. Hangat karena terbuat dari woll. Tanpa berselimut ia berbaring...menatap ke langit-langit kamar.
Kosong.
Kaela memejamkan mata.
Semakin kosong.
Lalu ia memberanikan diri, mencekik lehernya sendiri.
Tercekat. Kaela hampir mati. mati ditangan sendiri.
Kaela berhenti. Ia tak jadi mati. Habislah tenaga nya dimaki pikiran sendiri.
Kaela berdiri, menatap diri dalam pantulan cermin.
Kaela menangis. menatap kebaya putih untuk pernikahannya esok pagi.
Tidak adil. Kaela dibiarkan menderita sendiri. ia ingin menunggu Loui, sampai Loui kembali. Meski Kaela tahu Loui telah mati.
Esok hari, telah menjadi hari ini. Keala berlari tanpa alas kaki. Meninggalkan pernikahannya sendiri. Kaela tetap ingin Loui...
Hingga tinggal ia sendiri. ditengah hutan diatas merapi. sendiri...
Kaela menunggu Loui... terlalu lama hingga usia senja. meninggalkan keluarga untuk cinta pertamanya.
Esok pagi di danau hijau. di tepi dermaga Kaela bernyanyi. Setelah tiga puluh tahun Kaela menangis tanpa tahu dimana keberadaan cinta pertamanya.
Kaela mendengar nyanyian. dari balik punggungnya.
Seorang kakek bersama cucu nya. bernyanyi bersama.
Seorang Loui, yang sejak lama tak dilihatnya.
Loui kembali, bersama sang isteri. Tanpa mengingat Kaela sama sekali.
Loui kembali. Loui, Loui... Kaela mati. Terbunuh cintanya sendiri.
Komentar
Posting Komentar