"Hidup terasa sangat panjang, dahulu. dan banyak yang bilang kalau saat ini terasa sangat singkat."
Apakah hidup dahulu terasa sangat panjang karena memang sangat menyenangkan. Dan saat ini terasa sangat singkat karena segalanya seperti menuntut dan mengejar?
Entah tulisan apa yang saya tulis ini. Mungkin dahi kalian akan berkerut samar ketika membacanya. saya selalu tidak bisa memastikan apakah tulisan saya ini sebuah cerpen, puisi, kata-kata mutiara, atau hanya omong kosong belaka. Yang saya tahu, baris demi baris guratan ini adalah buah pikir saya. Yang saya rasakan ketika melintasi ibu kota.
Hidup.
Apa yang kita cari dalam hidup. apa yang saya cari. apa yang kalian cari. mengapa kita ada disini. pulang dan pergi mencari hidup. apakah, kita berjuang selama ini hanya mencari sesuap nasi. terkadang, ketika saya sedang duduk didalam bus kota, mata saya ter arah pada mobil mewah disamping kanan bus kota yang saya naiki.
"itukah yang kita cari?"
tidak. kata saya menjawabnya pasti pada diri sendiri. saya belum pernah menaiki kendaraan semacam itu, tapi saya tahu benda mengkilap itu tidak bisa mengisi kekosongan dalam hidup seutuhnya.
Lalu mata saya berpindah ke lain sisi, saya melihat di sisi jalan sebelah kiri, terdapat sebuah rumah mewah. Lalu, saya bertanya lagi;
"Apakah itu, yang kita cari?"
Lalu, dalam hati kecil saya menjawab. Namun, kali ini dengan sedikit ragu.
"Mungkin, ya. mungkin rumah itu yang kita cari. Tapi rumah itu terlihat kosong dan sepi.
Apalah arti dari rumah mewah itu, tanpa orang-orang yang tinggal didalamnya. jadi, saya memutuskan bahwa rumah mewah itu tidaklah menjadi jawaban.
Mungkin rumah yang lain...Yang saya maksud, sebagai rumah adalah sebuah 'Rumah'. tempat kita merasa aman. ketika duniawi tidak lagi menyenangkan.
Tepat disamping pintu, saya melihat seorang ibu. Memakai baju putih berkerah yang sudah berubah warna menjadi kekuningan dan lusuh. Tangan sebelah kanannya mengangkat sebuah jarum. dan juga benda kecil berwarna hitam. Tapi saya tidak tahu, apa benda asing itu. Benda berwarna hitam sebesar korek api kayu. Saya jadi tertarik untuk melihatnya.
"Ibu-ibu... bapak-bapak.. adik-adik.. mungkin benda yang saya tawarkan hanyalah benda sederhana.. tapi ini adalah benda yang cukup membantu ketika kita kesulitan dalam memasukan benang kedalam jarum..."
Ia menjelaskan, dengan tangannya yang sangat terampil. ia menyebutkan harga benda kecil itu adalah 5000 rupiah. dan sampai akhir, tidak ada satupun yang membeli benda itu. tapi ibu itu tersenyum sambil mengucapkan terimakasih kepada orang-orang yang mengabaikannya. kemudian ia keluar dari dalam bus.
Muncul kesimpulan, didalam hati kecil saya...
"Ibu itu menghabiskan waktu dalam hari-harinya untuk masuk, tersenyum, menjelaskan, kemudian diabaikan, dan kemudian tersenyum lagi."
Dan saya mendapat jawaban dari semua pertanyaan yang saya pikirkan sendiri.
"Bahwa yang kita cari dalam hidup adalah perjuangan dan rasa syukur. Dan juga resiko atas perjuangan kita sendiri. Entah apa hasil yang kita dapat nanti, Tuhan ada bersama kita. kita tidak mungkin jatuh. jadi berhenti bertanya atas apa yang kita cari dalam hidup. karena hidup hanya untuk dijalankan, di nikmati, dan dipertanggung jawabkan. untuk nanti. pada saat waktunya kita kembali ke hunian yang sesungguhnya. yang saya sebutkan ketika duniawi tak lagi menyenangkan.
gue masih belum menemukan jawaban pasti apa yg gue cari dalam hidup ini
BalasHapus