Jika kalian sedang membaca tulisan-tulisan sederhana ini, maka, kalian harus membayangkan kalian sedang menatap hamparan bintang yang berkelip diatas langit malam terlebih dahulu...
Sudah?
Baiklah, maka aku akan menceritakan sedikit cerita yang terbesit di pikiranku beberapa waktu lalu.
Disaat aku berjalan sendiri dimalam hari. tidak melakukan apa-apa selain berjalan perlahan sambil mendengarkan lantunan instrumental 'One more time one more chance' dari Yamazaki Masayoshi.
Sejak awal perjalanan, earphone berwarna merah muda menempel di telinga tanpa pernah terlepas. itu sebabnya aku tidak bisa terlalu jelas mendengar para pengendara yang seenaknya membunyikan klakson ditengah-tengah keadaan jalan yang sedang macet.
Aku punya duniaku sendiri. Malam itu dunia punyaku!!
Aku senang berjalan-jalan sendiri. pergi ke toko buku tua favorite yang terletak tepat dibelakang halte bus. Toko buku tua dengan buku-buku bekas yang didapat dari sisa-sisa penggusuran atau buku yang dibuang pemiliknya. Buku-buku yang akan berubah menjadi gumpalan emas ditangan pembaca selanjutnya.
Seperti buku-buku itu, saat ini aku merasa seperti mereka...
Aku merasa tersisihkan.
Hingga aku memutuskan untuk tidak mempercayai siapa-siapa lagi, selain buku yang kubaca dan cerita yang kutulis. serta khayalan yang ku pikirkan. Apakah ini benar? Tentu saja tidak, namun saat ini, aku hanya ingin melakukan itu. menjaga asa-ku yang ingin menjauh menerobos waktu.
Di malam-malam sebelumnya, aku tidak pernah membayangkan tentang bintang.
Yang kutahu, Bintang adalah benda yang terlihat kecil meski kenyataannya ia sangat besar. Bintang adalah hal kecil yang bisa semua orang tersenyum ketika menatapnya. Bintang berkelip ketika malam datang dan menghilang kala pagi menjelang. Bintang hanya ada di waktu-waktu tertentu.
Pernahkah, kau menjadikan aku sebagai Bintang-mu? Yang berkelip di dunia mu, yang bisa buatmu tersenyum ketika menatapku...
Maka, aku menatap keatas. ketempat dimana seharusnya Bintang-bintang itu berada.
Dahi ku lantas mengerut... mereka tak ada disana. langit diatas sana tak lagi terlihat sama seperti sewaktu aku kecil dulu.
Bintang-bintang itu tak ada. Yang aku lihat hanya 'Hampa'.
Aku bertanya-tanya, apa yang menghapusnya? Apakah Bintang itu sudah menjauh dari Bumi?
Dengan perlahan aku menatap ke sekeliling. ke hingar-bingar kota yang sangat terang. lalu aku mendapat jawabnya.
ternyata, Bintang-bintang itu terhapus oleh Lampu Kota. cahaya nya tak lagi terlihat sama. apa yang membuat bintang-bintang itu bersembunyi?
Apakah, Bintang itu bersembunyi karena lelah? Lelah bersinar tanpa pernah ditatap lagi.
Mungkin benar, Sang Bintang cemburu, cemburu dengan Lampu Kota yang ada diseluruh penjuru Bumi. ia cemburu karena merasa kalian tidak membutuhkan cahaya nya lagi. ia cemburu karena kelip nya tak penting lagi.
Dan...
Saat ini aku merasa seperti Bintang meski aku tidak tahu kau menjadikan aku sebagai Bintangmu atau tidak. Aku berada jauh diatas sana. menatap Bumi dari kejauhan dan bersembunyi dibalik awan. menatap Bumi yang amat sangat terang dengan cahaya baru nya, Lampu Kota.
Sejak kapan Lampu Kota menggantikan Bintang?
Apakah Bintang benar-benar bisa tergantikan?
Kalau memang benar, maka biarkan Bintang bersembunyi selamanya. Biarkan Bintang menunggu hingga saatnya ia kembali ada.
Hingga suatu hari nanti, Jika Lampu Kota sudah tidak bisa menerangi Bumi, Jika Lampu Kota padam selamanya, maka aku akan menjadi Bintang yang seutuhnya. aku akan tetap menerangi Bumi.
Aku akan menjadi Bintang di "Suatu Hari Nanti". di waktu yang tak bisa kujanjikan.
Tapi Bintang akan selalu ada. percayalah, Bintang menjaga kelipnya untuk sang Bumi nanti.
Aku akan selalu ada. Aku tetap ada. Aku menatapmu saat ini, dari kejauhan.
"Karena Bintang hanya bersembunyi, menyendiri dan menatap Bumi. Hingga kelipnya bisa bersinar lagi."
Sudah?
Baiklah, maka aku akan menceritakan sedikit cerita yang terbesit di pikiranku beberapa waktu lalu.
Disaat aku berjalan sendiri dimalam hari. tidak melakukan apa-apa selain berjalan perlahan sambil mendengarkan lantunan instrumental 'One more time one more chance' dari Yamazaki Masayoshi.
Sejak awal perjalanan, earphone berwarna merah muda menempel di telinga tanpa pernah terlepas. itu sebabnya aku tidak bisa terlalu jelas mendengar para pengendara yang seenaknya membunyikan klakson ditengah-tengah keadaan jalan yang sedang macet.
Aku punya duniaku sendiri. Malam itu dunia punyaku!!
Aku senang berjalan-jalan sendiri. pergi ke toko buku tua favorite yang terletak tepat dibelakang halte bus. Toko buku tua dengan buku-buku bekas yang didapat dari sisa-sisa penggusuran atau buku yang dibuang pemiliknya. Buku-buku yang akan berubah menjadi gumpalan emas ditangan pembaca selanjutnya.
Seperti buku-buku itu, saat ini aku merasa seperti mereka...
Aku merasa tersisihkan.
Hingga aku memutuskan untuk tidak mempercayai siapa-siapa lagi, selain buku yang kubaca dan cerita yang kutulis. serta khayalan yang ku pikirkan. Apakah ini benar? Tentu saja tidak, namun saat ini, aku hanya ingin melakukan itu. menjaga asa-ku yang ingin menjauh menerobos waktu.
Di malam-malam sebelumnya, aku tidak pernah membayangkan tentang bintang.
Yang kutahu, Bintang adalah benda yang terlihat kecil meski kenyataannya ia sangat besar. Bintang adalah hal kecil yang bisa semua orang tersenyum ketika menatapnya. Bintang berkelip ketika malam datang dan menghilang kala pagi menjelang. Bintang hanya ada di waktu-waktu tertentu.
Pernahkah, kau menjadikan aku sebagai Bintang-mu? Yang berkelip di dunia mu, yang bisa buatmu tersenyum ketika menatapku...
Maka, aku menatap keatas. ketempat dimana seharusnya Bintang-bintang itu berada.
Dahi ku lantas mengerut... mereka tak ada disana. langit diatas sana tak lagi terlihat sama seperti sewaktu aku kecil dulu.
Bintang-bintang itu tak ada. Yang aku lihat hanya 'Hampa'.
Aku bertanya-tanya, apa yang menghapusnya? Apakah Bintang itu sudah menjauh dari Bumi?
Dengan perlahan aku menatap ke sekeliling. ke hingar-bingar kota yang sangat terang. lalu aku mendapat jawabnya.
ternyata, Bintang-bintang itu terhapus oleh Lampu Kota. cahaya nya tak lagi terlihat sama. apa yang membuat bintang-bintang itu bersembunyi?
Apakah, Bintang itu bersembunyi karena lelah? Lelah bersinar tanpa pernah ditatap lagi.
Mungkin benar, Sang Bintang cemburu, cemburu dengan Lampu Kota yang ada diseluruh penjuru Bumi. ia cemburu karena merasa kalian tidak membutuhkan cahaya nya lagi. ia cemburu karena kelip nya tak penting lagi.
Dan...
Saat ini aku merasa seperti Bintang meski aku tidak tahu kau menjadikan aku sebagai Bintangmu atau tidak. Aku berada jauh diatas sana. menatap Bumi dari kejauhan dan bersembunyi dibalik awan. menatap Bumi yang amat sangat terang dengan cahaya baru nya, Lampu Kota.
Sejak kapan Lampu Kota menggantikan Bintang?
Apakah Bintang benar-benar bisa tergantikan?
Kalau memang benar, maka biarkan Bintang bersembunyi selamanya. Biarkan Bintang menunggu hingga saatnya ia kembali ada.
Hingga suatu hari nanti, Jika Lampu Kota sudah tidak bisa menerangi Bumi, Jika Lampu Kota padam selamanya, maka aku akan menjadi Bintang yang seutuhnya. aku akan tetap menerangi Bumi.
Aku akan menjadi Bintang di "Suatu Hari Nanti". di waktu yang tak bisa kujanjikan.
Tapi Bintang akan selalu ada. percayalah, Bintang menjaga kelipnya untuk sang Bumi nanti.
Aku akan selalu ada. Aku tetap ada. Aku menatapmu saat ini, dari kejauhan.
"Karena Bintang hanya bersembunyi, menyendiri dan menatap Bumi. Hingga kelipnya bisa bersinar lagi."
gara-gara polusi cahaya gitu deh.
BalasHapuskeren artikelnya
kunjung balik ke blogku ya mbak