Langsung ke konten utama

Seberkas Cahaya dari Lilin Kecil

Lilin-lilin putih itu indah. Sang api membuatnya indah. meski untuk menjadi indah, ia harus rela terbakar... dan terluka.

Seperti kita.

Aku ingin menjadi lilin bagimu. Dan kamu menjadi api bagiku.
Aku membutuhkan cahaya mu untuk menerangiku. dan kamu membutuhkanku untuk menjagamu agar tetap hidup.

Akhirnya.. kita berdua memang saling membutuhkan.
Saling membutuhkan tanpa peduli berapa banyaknya pengorbanan.

Maka tetaplah menjadi api. Agar hangat kita terjaga sampai mati.
Meski aku.. dan kamu..selalu saling menyakiti.

Sekarang aku tanya..

Jika aku tak ada, apakah kau tetap memilih menjadi api?
Ataukah... kau memilih untuk menjadi yang lain agar bisa tetap hidup?
Kalau aku..

Jika kau tak ada, aku akan memilih menjadi 'tiada'.
Karena tanpa kehadiranmu.. Putih nya aku tak berarti apa-apa.
Aku tak bisa menyala dengan sempurna.



-Amelia Farahdilla Muchtar-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The history of Me dan The Beatles

Hai! Selamat malam :D Hari ini gue bukan mau ngedongeng atau nulis puisi buat kalian. Bukan mau galau juga. Tapi gue mau ngasih tau tentang group musik favorit gue. Mereka adalah sekumpulan orang hebat (menurut gue) yang dijadikan satu dibawah naungan Musik. Ya! mereka adalah The Beatles! CANT'T BUY ME LOVEEEEE~~~~~~ Hahhahhaha. Uhmm.. by the way diantara kalian ada nggak yang  suka sama band ini? kalo ada, selera musik lo bagus :)) Oiya. Guesuka sama band ini sejak SMP kelas satu. Dan itu sekitar 8 tahun yang lalu. dan lagu yang pertama kali gue dengerin adalah "She's loves you". Mereka bilang jarang ada yang suka sama lagu ini untuk pengenalan The Beatles ke kuping mereka. Tapi entah kenapa, pas dengerin lagu ini gue langsung jatuh cinta (Sama mereka).  Dan juga!!!!!!! Mereka punya sejarah dan perjalanan hidup yang menarik banget buat dibaca/diceritain. Kalian pasti kenal dong ya dengan pentolan The Beatles yang ini: Yihaaa!!!! He's a JOHN LENN

Rintih Rantauan Malam Ini

Kaki ku berjalan mencari kehidupan. Selagi menyia-nyiakan hidup. Yang diberikan ibuku dari sisa hidupnya, adalah kepingan harapan tinggi pada masa depan. Ibu dan ayah mengorbankan hidup mereka untuk hidupku. Mereka menukar nasi dengan buku. Maka aku menangis sejadi-jadinya.  Kelak, aku juga akan berkorban untuk hidup mereka. Selagi mereka hidup. Namun… apakah bisa? Apakah sempat? Aku bertanya-tanya, Lalu untuk apa kita hidup jika hanya untuk di perjuangkan? Tanpa bisa membayar perjuangan itu sendiri.  "Aku menanjak hingga senja hilang. Sampai di puncak, ditelan kegelapan. Sendiri menunggu pagi atau siang. Aku ingin pulang." Aku ingin pulang… Aku ingin pulang… Sekadar menikmati pelarian… Aku ingin pulang… Ibu, disini tidak ada kesempatan. Bagi anakmu, anak rantauan…

hello :D